Sabtu, 08 November 2014

Short Movie kelas VII.6 sempana'33

Hi! Udah lama ngga nge-blog nih...
Kali ini aku akan memberikan contoh naskah short movie (tapi kalau benar ya) nih lihat di bawah ini ya!

Short Movie kelas VII.6 SMPN 9 Tangerang.
Naskah : Alifia Ahmad
Peran : Adillya Fauziah (Flowlly)
Peran : Alifia Ahmad (Nattallie)
Peran : Tiara Maharani (Rasya)
Peran : Anggita Kurnia (Gita)
Peran : Regita Ceisa (Resya)
Peran : Jihan Lis Mutiawati (Receptionist rumah sakit)
Editor by: Vira Nur Maharani
by: Aulia Aisyah Wibowo
by: Achmad Bagus Pambudi
by: M. Faisal Ardiansyah
Media rekaman:
Judul short movie : Goodbye My Friend
Genre : Persahabatan
*peran hanya perempuan
Goodbye My Friend
Gimana sih, rasa – nya di bohongi teman, dan di tinggalkan teman untuk selama lama nya? Pasti sedih kan, nah aku akan menceritakan tentang sahabat ku yang meninggal dunia karena kanker otak yaitu, Resya. Jadi, Resya itu telah membohongi kami tentang...
Di pagi hari...
Flowly : “Nattallie, ayo berangkat!...” teriak Flowlly dari arah teras.
Nattallie : “Iya sebentar...”
Flowlly tidak menjawab sahutan ku dan kemudia aku dan Flowlly pun bergegas ke sekolah.
Sesampai nya...
Aku : “Pfft! Capek !”
Flowlly menoleh dan mengangguk. Beberapa menit kemudian...
Rasya : “Hai sobat!"
Aku pun terkejut.
Aku : “Assalamualaikum dulu sayy!”. Rasya hanya menyengir.
Flowlly : “Lho? Resya, dan Gita?”
Rasya : “Oo.. mereka sedang ada di kantin, mau beli makan dulu kata nya...”
Aku dan Flowlly hanya ber – o panjang. Kemudian...
Gita : “Hay! Ohya, kami makan dulu, i'am very very hungry nih!”
Kami pun mengangguk kecuali Gita dan Resya.
Hampir lupa nih! Aku ber – sekolah di Nurifera Boarding School, disana para siswa diizinkan untuk memakai baju bebas, tetapi diwajibkan memakai kerudung, seperti aku. Aku memakai baju bebas celana panjang jeans dan baju panjang, serta memakai kerudung. Sedangkan, Flowlly memakai baju terusan yang berlengan panjang, serta memakai kerudung segitiga. Gita memakai baju lengan pendek tetapi memakai jaket, dilengkapi oleh celana jeans beserta kerudung nya. Resya dan Rasya memakai baju terusan seperti Flowlly hanya saja berbeda kerudung. Yaudah yuk lanjut cerita...
Seraya Gita dan Resya makan, aku dan dua orang sahabat ku berbincang bincang mengenai orang yang kami sukai (cielah :v). Bel masuk berbunyi kami pun belajar dengan tenang, dan memperhatikan guru yang sedang mengajar kami di Frogaria Class.
Dua jam berlalu, akhirnya bel istirahat berbunyi...
Aku dan Flowlly merapikan tempat pensil ke dalam laci meja, sedangkan Rasya, Gita dan Rasya menunggu kami berdua di depan kelas.
Resya : “Lama sekali! Yaudah yuk kita ke kantin...”. Kami pun mengangguk dan bergegas berjalan menuju kantin.
Rasya : “Mau beli apa nih?”
Aku : “Aku bawa bekal, tetapi aku sangat ingin es krim!!!”. Aku pun menyerbu es krim yang ada di dalam lemari es krim tersebut, lalu membayar nya. Yummy!
Flowlly : “Aku juga bawa bekal!”
Gita : “Aku beli es krim aja!”
Resya : “Aku sama seperti Flowlly!”
Rasya : “Oke! Cuman aku saja yang tidak membawa bekal, baiklah aku beli es krim cornetto saja!”. Rasya cemberut dengan mimik wajah yang membuat kami semua tertawa. Disela makan, kami berbincang bincang...
Flowlly : “Nattallie, kamu kelompok dengan ku kan... Umm kelompok IPA!”. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Richard cowok yang disukai ku lewat di depan ku.
Gita : “Natt, itu siapa?”
Aku : “Ishh, apaan sih!”
Mereka tertawa melihat tingkah laku ku yang membuat mereka tertawa. Kring... Kring... Kring... Bel masuk berbunyi.
Aku : “Hey! Setelah istirahat, kan pelajaran IPA, nah IPA pelajaran terakhir kan?”
Mereka mengangguk.
Aduh! Kepala ku pusing!” ringis Resya dalam hati seraya memegangi kepala nya. Aku menoleh ke arah nya.
Aku : “Kamu kenapa, Resya?”
Resya hanya menggeleng pelan, “Aku tidak apa apa, hanya pusing sedikit saja”. Pertama nya aku curiga dengan dia, setelah itu aku mengabaikan nya. Setelah itu kami ber – lima masuk ke dalam kelas. Dan memperhatikan dengan serius tentang pelajaran ini, karenaa... ssttt guru IPA di sekolah ku adalah guru ter – killer sepanjang masa. Dua jam kemudian, bel pulang berbunyi.
Aku, dan keempat sahabat ku : “Yeah! Pulang!”
Kami pun memasukkan buku, tempat pensil, dan semacam nya ke dalam tas.
Resya : “Ke rumah ku yuk!”
Aku menggeleng dan tersenyum, “Aku ngga bisa ke rumah mu sore ini!”
Flowlly, Gita, dan Resya : “Kami juga ngga bisa!”
Rasya kecewa, “Yaudah, aku pulang duluan ya...”
Setelah Rasya pulang, kami pulang ke rumah masing masing. Di rumah ku hanya ada aku, dan Flowlly yang di titipkan mama nya untuk menginap di rumah ku karena kedua orangtua nya dan kedua orangtua ku pergi ber – bisnis di luar negeri. Aku meletakkan tas ku di sofa, sedangkan Flowlly meletakkan nya di atas meja.
Aku : “Flo! Chattingan yuk!”. Flowlly mengangguk, dan kami berdua bergegas mengambil laptop kami masing masing. Kami bertawa ria bersama. Satu jam kami chattingan (hanya berdua, aneh kan?), dan akhirnya kami memutuskan untuk tidur siang. Dann tidur nya bergeletak di lantai tanpa alas.
Berbulan bulan kami berteman dengan Resya. Tetapi, Resya telah membohongi kami tentang kepala nya yang pusing.
Gita : “Resya, kepala kamu kenapa sih? Dari kemaren seperti nya pusing terus!”. Resya hanya tersenyum pucat.
Rasya : “Benar tuh! Masa pusng doang! Pasti kamu punya penyakit kan?”. Resya hanya menggeleng.
Aku berbisik ke Flowlly : “Aku curiga dengan Resya!”. Flowlly mengangguk, “Iya aku juga...”.
Flowlly : “Psstt Gita, Rasya, dan kamu Nattallie, kita ke rumah nya yuk buat mencari tahu!”. Kami pun mengangguk kecuali, Resya.
Esok hari nya di rumah Resya. Kami mengobrak – abrik laci yang berisi surat surat yang berada di kamar Resya, sebelum Resya kembali memasukki kamar nya yang sebelumnya ke toilet.
Resya : “Kok ngga ada surat keterangan nya ya!”
Aku : “Iya, seharusnya dia meletakkan nya di laci ini kan?”
Gita : “Kita urung niat kita saja sampai besok, setelah itu kita cari lagi”. Kami mengangguk.
Hari minggu, aku dan ke – tiga sahabat ku berkunjung ke rumah Resya.
Resya : “Hai! Main di kamar ku saja yuk...”. Kami pun menangguk
Dring... Dring... Dring... Telepon rumah Resya berbunyi.
Gita : “Psst! Ini kesempatan emas, ayo kita cari surat nya!”. Dua puluh menit kemudian setelah mencari surat itu.
Rasya : “Astaghfirallah... Sudah yuk, ngga usah nyari surat nya lagi...”
Flowlly : “Iya nih aku capek, apalagi hasil nya sia – sia...”
Aku dan Gita mengangguk. Resya pun datang, setelah kami merapikan kamar nya kembali.
Aku : “Resya, kamu lama sekali menelpon nya!”
Resya : “Ya, karena tadi telepon dari...”, omongan Resya terpotong.
Gita : “Dari siapa?”
Resya : “Ooo.. dari sepupu ku yang kata nya sedang sakit” jawab nya sedikit berbohong. Awalnya, kami curiga kalau Resya berbohong, tetapi kami menghilangkan kecurigaan tersebut.
Setelah itu kami bermain main dengan gembira...
Rasya : “Resy, aku pulang dulu ya...”. Resya mengangguk.
Aku, Gita, dan Flowlly : “Ya, aku juga harus pulang, sudah hampir siang!”. Resya mempersilahkan kami pulang.
Semminggu kemudian, kami berkunjung ke rumah Resya. Tetapi di dalam rumah nya tidak ada seseorang satu pun.
Aku : “Lho, Resya? Kemana ya?”
Para sahabat ku hanya mengedikkan bahu.
Dring... Dring... Dring... Handphone Resya yang ditinggal pun berbunyi.
Aku mengangkat gagang telepon tersebut.
Halo? Dengan keluarga nya Resya Sagita...
Ya, ada apa ya bu?
Oo... Ini dengan siapa ya?
Ini dengan saya teman nya, Nattallie...
Ya, Nattalie, teman mu sedang koma di rumah sakit Victoria...
Flowlly merebut telepon nya dari tangan ku.
Iya? Ada apa dengan, Resya?
Dia terkena kanker otak yang sudah lama ia idap...Sekitar setengah tahun...
Astaghfirallah...” kejut Rasya yang sedikit mendengar perbincangan dokter tersebut.
Baiklah, kami akan segera kesana...
Flowlly menekan call – dial nya.
Tiba tiba, Flowlly menangis di pelukan Gita. Aku heran, karena tadi dokter nya bilang Resya sedang koma, dan sekarang Flowlly menangis.
Gita : “Sudah lah, Flo! Kita hanya perlu berdoa, semoga saja Resya tidak kenapa – napa”
Aku mengangguk, “Benar kata Gita, yaudah yuk untuk lebih pasti kita ke rumah sakit nya saja...”
Ketiga sahabat ku setuju, dan bergegas mencari taksi. Lima belas menit, akhirnya kami sampai di rumah sakit tersebut. Rasya bergegas bertanya ke pusat informasi.
Mba, ada pasien yang bernama Resya Sagita? Dan dimana ruangan nya?
Oo, sebentar ya, saya cek dahulu.
Baiklah... Beberapa menit kemudian.
Oo dia ada di ruang operasi kanker otak, yang ada di lantai 5
Ohya, makasih ya mba...
Setelah itu Resya menjelaskan kepada ku dan kedua sahabat ku bahwa Resya berada di lantai 5 tept nya di ruang operasi, kemudian kami bergegas ke lantai 5. Setelah sampai di ruangan, kami pun duduk di tempat tunggu.
Untuk keluarga dari sodara Resya Sagita, diharap masuk ke ruangan operasi, sekarang juga!
Awalnya, aku yang ingin masuk ke ruangan tersebut, tetapi aku mengalah kepada Flowlly (karena dia penasaran apa yang terjadi dengan sahabat nya, Resya). Lima menit kemudian... Flowlly keluar dari ruangan dengan mata sembab dan air mata yang bercucuran.
Aku : “Kamu kenapa menangis? Ohya bagaimana keadaan Resya?”
Flowlly tidak menjawab hanya dia memelukku dan menangis dalam pelukan ku.
Flowlly : “Resya, sudah ngga ada Natt...” . Aku terkejut.
Aku : “Kamu pasti bohong kan?”. Flowlly menggeleng.
Gita : “Ada apa dengan Resya?”. Flowlly pun menjelaskan keadaan Resya.
Rasya : “APA!!! Ini ngga mungkin! Kamu pasti bohong kan...”
Flowlly menggeleng.
Akhirnya, jenazah Resya pun dibawa oleh mobil ambulance ke rumah Resya.
Aku menelpon mama – nya Resya dan segera menjelaskan yang apa yang terjadi dengan anak nya. Dan, seperti nya mama Resya akan pulang hari ini juga dengan menggunakan pesawat. Tidak sengaja aku menginjak sebuah surat yang isi nya lumayan panjang dan ditulis denga rapi...
(maaf ngga surat nya ngga boleh di kasih tau).
Aku memberikan surat ini setelah jenazah Resya di makam kan.
Aku : “Guys... Read this letter by Resya!”. Para sahabat ku menangis saat membaca surat nya.
Setelah membaca surat itu, kami pun pulang. Setelah sampai di kompleks perumahan tempat tinggal kami. Aku dan sahabat sahabat ku mengucapkan,

“Selamat tinggal Resya, semoga kamu tenang ya... GOOD BYE MY FRIEND” di kata terakhir, kami pun berteriak seraya melihat ke langit yang berwarna biru di penuhi awan putih yang bersih.