Kali ini aku akan memberikan contoh naskah short movie (tapi kalau benar ya) nih lihat di bawah ini ya!
Short Movie
kelas VII.6 SMPN 9 Tangerang.
Naskah : Alifia
Ahmad
Peran : Adillya
Fauziah (Flowlly)
Peran : Alifia
Ahmad (Nattallie)
Peran : Tiara
Maharani (Rasya)
Peran : Anggita
Kurnia (Gita)
Peran : Regita
Ceisa (Resya)
Peran : Jihan
Lis Mutiawati (Receptionist rumah sakit)
Editor by: Vira
Nur Maharani
by:
Aulia Aisyah Wibowo
by:
Achmad Bagus Pambudi
by:
M. Faisal Ardiansyah
Media rekaman:
Judul short
movie : Goodbye My Friend
Genre :
Persahabatan
*peran hanya
perempuan
Goodbye My
Friend
Gimana sih,
rasa – nya di bohongi teman, dan di tinggalkan teman untuk selama
lama nya? Pasti sedih kan, nah aku akan menceritakan tentang sahabat
ku yang meninggal dunia karena kanker otak yaitu, Resya. Jadi, Resya
itu telah membohongi kami tentang...
Di
pagi hari...
Flowly :
“Nattallie, ayo berangkat!...” teriak Flowlly dari arah teras.
Nattallie :
“Iya sebentar...”
Flowlly tidak
menjawab sahutan ku dan kemudia aku dan Flowlly pun bergegas ke
sekolah.
Sesampai nya...
Aku : “Pfft!
Capek !”
Flowlly menoleh
dan mengangguk. Beberapa menit kemudian...
Rasya : “Hai
sobat!"
Aku pun
terkejut.
Aku :
“Assalamualaikum dulu sayy!”. Rasya hanya menyengir.
Flowlly : “Lho?
Resya, dan Gita?”
Rasya : “Oo..
mereka sedang ada di kantin, mau beli makan dulu kata nya...”
Aku dan Flowlly
hanya ber – o panjang. Kemudian...
Gita : “Hay!
Ohya, kami makan dulu, i'am very very hungry nih!”
Kami pun
mengangguk kecuali Gita dan Resya.
Hampir
lupa nih! Aku ber – sekolah di Nurifera Boarding School, disana
para siswa diizinkan untuk memakai baju bebas, tetapi diwajibkan
memakai kerudung, seperti aku. Aku memakai baju bebas celana panjang
jeans dan baju panjang, serta memakai kerudung. Sedangkan, Flowlly
memakai baju terusan yang berlengan panjang, serta memakai kerudung
segitiga. Gita memakai baju lengan pendek tetapi memakai jaket,
dilengkapi oleh celana jeans beserta kerudung nya. Resya dan Rasya
memakai baju terusan seperti Flowlly hanya saja berbeda kerudung.
Yaudah yuk lanjut cerita...
Seraya
Gita dan Resya makan, aku dan dua orang sahabat ku berbincang bincang
mengenai orang yang kami sukai (cielah :v). Bel masuk berbunyi kami
pun belajar dengan tenang, dan memperhatikan guru yang sedang
mengajar kami di Frogaria Class.
Dua
jam berlalu, akhirnya bel istirahat berbunyi...
Aku dan Flowlly
merapikan tempat pensil ke dalam laci meja, sedangkan Rasya, Gita dan
Rasya menunggu kami berdua di depan kelas.
Resya : “Lama
sekali! Yaudah yuk kita ke kantin...”. Kami pun mengangguk dan
bergegas berjalan menuju kantin.
Rasya : “Mau
beli apa nih?”
Aku : “Aku
bawa bekal, tetapi aku sangat ingin es krim!!!”. Aku pun menyerbu
es krim yang ada di dalam lemari es krim tersebut, lalu membayar nya.
Yummy!
Flowlly
: “Aku juga bawa bekal!”
Gita
: “Aku beli es krim aja!”
Resya
: “Aku sama seperti Flowlly!”
Rasya
: “Oke! Cuman aku saja yang tidak membawa bekal, baiklah aku beli
es krim cornetto saja!”. Rasya cemberut dengan mimik wajah yang
membuat kami semua tertawa. Disela makan, kami berbincang bincang...
Flowlly
: “Nattallie, kamu kelompok dengan ku kan... Umm kelompok IPA!”.
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Richard cowok yang disukai ku
lewat di depan ku.
Gita
: “Natt, itu siapa?”
Aku
: “Ishh, apaan sih!”
Mereka
tertawa melihat tingkah laku ku yang membuat mereka tertawa. Kring...
Kring... Kring... Bel masuk berbunyi.
Aku
: “Hey! Setelah istirahat, kan pelajaran IPA, nah IPA pelajaran
terakhir kan?”
Mereka
mengangguk.
“Aduh!
Kepala ku pusing!” ringis Resya dalam hati seraya memegangi kepala
nya. Aku menoleh ke arah nya.
Aku
: “Kamu kenapa, Resya?”
Resya
hanya menggeleng pelan, “Aku tidak apa apa, hanya pusing sedikit
saja”. Pertama nya aku curiga dengan dia, setelah itu aku
mengabaikan nya. Setelah itu kami ber – lima masuk ke dalam kelas.
Dan memperhatikan dengan serius tentang pelajaran ini, karenaa...
ssttt guru IPA di sekolah ku adalah guru ter – killer sepanjang
masa. Dua jam kemudian, bel pulang berbunyi.
Aku,
dan keempat sahabat ku : “Yeah! Pulang!”
Kami
pun memasukkan buku, tempat pensil, dan semacam nya ke dalam tas.
Resya
: “Ke rumah ku yuk!”
Aku
menggeleng dan tersenyum, “Aku ngga bisa ke rumah mu sore ini!”
Flowlly,
Gita, dan Resya : “Kami juga ngga bisa!”
Rasya
kecewa, “Yaudah, aku pulang duluan ya...”
Setelah
Rasya pulang, kami pulang ke rumah masing masing. Di rumah ku hanya
ada aku, dan Flowlly yang di titipkan mama nya untuk menginap di
rumah ku karena kedua orangtua nya dan kedua orangtua ku pergi ber –
bisnis di luar negeri. Aku meletakkan tas ku di sofa, sedangkan
Flowlly meletakkan nya di atas meja.
Aku
: “Flo! Chattingan yuk!”. Flowlly mengangguk, dan kami berdua
bergegas mengambil laptop kami masing masing. Kami bertawa ria
bersama. Satu jam kami chattingan (hanya berdua, aneh kan?), dan
akhirnya kami memutuskan untuk tidur siang. Dann tidur nya bergeletak
di lantai tanpa alas.
Berbulan
bulan kami berteman dengan Resya. Tetapi, Resya telah membohongi kami
tentang kepala nya yang pusing.
Gita
: “Resya, kepala kamu kenapa sih? Dari kemaren seperti nya pusing
terus!”. Resya hanya tersenyum pucat.
Rasya
: “Benar tuh! Masa pusng doang! Pasti kamu punya penyakit kan?”.
Resya hanya menggeleng.
Aku
berbisik ke Flowlly : “Aku curiga dengan Resya!”. Flowlly
mengangguk, “Iya aku juga...”.
Flowlly
: “Psstt Gita, Rasya, dan kamu Nattallie, kita ke rumah nya yuk
buat mencari tahu!”. Kami pun mengangguk kecuali, Resya.
Esok
hari nya di rumah Resya. Kami mengobrak – abrik laci yang berisi
surat surat yang berada di kamar Resya, sebelum Resya kembali
memasukki kamar nya yang sebelumnya ke toilet.
Resya
: “Kok ngga ada surat keterangan nya ya!”
Aku
: “Iya, seharusnya dia meletakkan nya di laci ini kan?”
Gita
: “Kita urung niat kita saja sampai besok, setelah itu kita cari
lagi”. Kami mengangguk.
Hari
minggu, aku dan ke – tiga sahabat ku berkunjung ke rumah Resya.
Resya
: “Hai! Main di kamar ku saja yuk...”. Kami pun menangguk
Dring...
Dring... Dring... Telepon rumah Resya berbunyi.
Gita
: “Psst! Ini kesempatan emas, ayo kita cari surat nya!”. Dua
puluh menit kemudian setelah mencari surat itu.
Rasya
: “Astaghfirallah... Sudah yuk, ngga usah nyari surat nya lagi...”
Flowlly
: “Iya nih aku capek, apalagi hasil nya sia – sia...”
Aku
dan Gita mengangguk. Resya pun datang, setelah kami merapikan kamar
nya kembali.
Aku
: “Resya, kamu lama sekali menelpon nya!”
Resya
: “Ya, karena tadi telepon dari...”, omongan Resya terpotong.
Gita
: “Dari siapa?”
Resya
: “Ooo.. dari sepupu ku yang kata nya sedang sakit” jawab nya
sedikit berbohong. Awalnya, kami curiga kalau Resya berbohong, tetapi
kami menghilangkan kecurigaan tersebut.
Setelah
itu kami bermain main dengan gembira...
Rasya
: “Resy, aku pulang dulu ya...”. Resya mengangguk.
Aku,
Gita, dan Flowlly : “Ya, aku juga harus pulang, sudah hampir
siang!”. Resya mempersilahkan kami pulang.
Semminggu
kemudian, kami berkunjung ke rumah Resya. Tetapi di dalam rumah nya
tidak ada seseorang satu pun.
Aku
: “Lho, Resya? Kemana ya?”
Para
sahabat ku hanya mengedikkan bahu.
Dring...
Dring... Dring... Handphone Resya yang ditinggal pun berbunyi.
Aku
mengangkat gagang telepon tersebut.
Halo?
Dengan keluarga nya Resya Sagita...
Ya,
ada apa ya bu?
Oo...
Ini dengan siapa ya?
Ini
dengan saya teman nya, Nattallie...
Ya,
Nattalie, teman mu sedang koma di rumah sakit Victoria...
Flowlly
merebut telepon nya dari tangan ku.
Iya?
Ada apa dengan, Resya?
Dia
terkena kanker otak yang sudah lama ia idap...Sekitar setengah
tahun...
“Astaghfirallah...”
kejut Rasya yang sedikit mendengar perbincangan dokter tersebut.
Baiklah,
kami akan segera kesana...
Flowlly
menekan call – dial nya.
Tiba tiba, Flowlly
menangis di pelukan Gita. Aku heran, karena tadi dokter nya bilang
Resya sedang koma, dan sekarang Flowlly menangis.
Gita
: “Sudah lah, Flo! Kita hanya perlu berdoa, semoga saja Resya tidak
kenapa – napa”
Aku
mengangguk, “Benar kata Gita, yaudah yuk untuk lebih pasti kita ke
rumah sakit nya saja...”
Ketiga
sahabat ku setuju, dan bergegas mencari taksi. Lima belas menit,
akhirnya kami sampai di rumah sakit tersebut. Rasya bergegas bertanya
ke pusat informasi.
Mba,
ada pasien yang bernama Resya Sagita? Dan dimana ruangan nya?
Oo,
sebentar ya, saya cek dahulu.
Baiklah...
Beberapa menit kemudian.
Oo
dia ada di ruang operasi kanker otak, yang ada di lantai 5
Ohya,
makasih ya mba...
Setelah
itu Resya menjelaskan kepada ku dan kedua sahabat ku bahwa Resya
berada di lantai 5 tept nya di ruang operasi, kemudian kami bergegas
ke lantai 5. Setelah sampai di ruangan, kami pun duduk di tempat
tunggu.
Untuk
keluarga dari sodara Resya Sagita, diharap masuk ke ruangan operasi,
sekarang juga!
Awalnya,
aku yang ingin masuk ke ruangan tersebut, tetapi aku mengalah kepada
Flowlly (karena dia penasaran apa yang terjadi dengan sahabat nya,
Resya). Lima menit kemudian... Flowlly keluar dari ruangan dengan
mata sembab dan air mata yang bercucuran.
Aku
: “Kamu kenapa menangis? Ohya bagaimana keadaan Resya?”
Flowlly
tidak menjawab hanya dia memelukku dan menangis dalam pelukan ku.
Flowlly
: “Resya, sudah ngga ada Natt...” . Aku terkejut.
Aku
: “Kamu pasti bohong kan?”. Flowlly menggeleng.
Gita
: “Ada apa dengan Resya?”. Flowlly pun menjelaskan keadaan Resya.
Rasya
: “APA!!! Ini ngga mungkin! Kamu pasti bohong kan...”
Flowlly
menggeleng.
Akhirnya,
jenazah Resya pun dibawa oleh mobil ambulance ke rumah Resya.
Aku menelpon mama –
nya Resya dan segera menjelaskan yang apa yang terjadi dengan anak
nya. Dan, seperti nya mama Resya akan pulang hari ini juga dengan
menggunakan pesawat. Tidak sengaja aku menginjak sebuah surat yang
isi nya lumayan panjang dan ditulis denga rapi...
(maaf ngga surat nya ngga boleh di kasih tau).
Aku memberikan surat ini
setelah jenazah Resya di makam kan.
Aku : “Guys... Read this
letter by Resya!”. Para sahabat ku menangis saat membaca surat nya.
Setelah membaca surat itu,
kami pun pulang. Setelah sampai di kompleks perumahan tempat tinggal
kami. Aku dan sahabat sahabat ku mengucapkan,
“Selamat tinggal Resya,
semoga kamu tenang ya... GOOD BYE MY FRIEND” di kata terakhir, kami
pun berteriak seraya melihat ke langit yang berwarna biru di penuhi
awan putih yang bersih.